Rabu, 25 Agustus 2010

Salah Bertanya

Ada orang berkata, “Pertanyaan yang benar sudah merupakan setengah dari jawaban yang benar”. Artinya jika salah ber¬tanya, kita akan sukar memperoleh ja¬waban yang benar. Sebaliknya, jika kita meng¬ajukan pertanyaan yang tepat, maka terbentang pula jalur menuju jawaban yang benar.
Salah satu kendala pelayanan adalah ketika kita salah bertanya. Seperti Musa yang risau dengan bertanya, “Siapakah aku?” Ia mempertanyakan kesanggupan¬nya sendiri. “Apakah aku mampu?” Saat itu, Musa pada usia delapan puluh sudah tidak yakin akan panggilan yang pernah bergelora di hatinya empat puluh tahun sebelumnya. Kalau dulu ia gagal, apalagi sekarang. Ia merasa tak berdaya. Perta¬nya¬an¬nya terpusat pada dirinya. Padahal pemeran utamanya bukan Musa, melainkan Tuhan. Siapa Tuhan lebih penting daripada siapa Musa. “AKULAH AKU” lebih penting daripada “siapa aku”. Mem¬ba¬wa Israel keluar dari Mesir adalah rencana Tuhan. Musa hanya utusan¬-Nya. Tuhan tak mempersoalkan apakah Musa mampu, melainkan apa¬kah ia mau. Hal selebihnya ada dalam kendali kuasa-Nya.
Bagaimana dengan kita? Bukankah tekanan dan tantangan be¬rat di pelayanan kerap membuat panggilan hati dan semangat kita goyah? Kita pun tergoda bertanya, “Apakah saya mampu?” Sasaran pertanyaan kita adalah “saya”. Saatnya kita mengganti pertanyaan “siapa saya” dengan “siapa Tuhan”. Dialah Tuhan Sang Pengutus. Apa¬kah yang tidak sanggup Dia lakukan? Jika Dia mengutus, Dia pasti memperlengkapi. Ingat, pelayanan pertama-tama bukan soal kesanggupan, melainkan kesediaan kita. Tuhan hanya butuh kese¬diaan kita untuk berkata seperti Yesaya, “Ini aku, utuslah aku!”

Ayat Mas: Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” Yesaya 6:8


JANGAN MELAKUKAN PELAYANAN KARENA MERASA SANGGUP TETAPI MINTALAH KESANGGUPAN DARI DIA SAAT KITA MELAYANI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar